banner 728x250
OPINI  

Refleksi Peringatan Sumpah Pemuda Harus Menjadi Agen Perubahan Sejati

banner 120x600
banner 468x60

OPINI—Presiden Joko Widodo mengingatkan Indonesia memiliki peluang besar untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045 berkat bonus demografi yang akan mencapai puncaknya pada tahun 2030. Untuk itu Jokowi mengajak masyarakat bersama memajukan Indonesia. Hal itu diungkapkan Jokowi dalam unggahannya di media sosial, terkait peringatan Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2023.

Presiden Jokowi menekankan bahwa bangsa Indonesia harus mampu memanfaatkan peluang ini melalui dua strategi utama. Pertama, mempersiapkan sumber daya manusia Indonesia agar siap memasuki pasar tenaga kerja dengan produktivitas yang tinggi. Kedua, meningkatkan nilai tambah dan kesejahteraan rakyat melalui eksploitasi sumber daya alam yang dimiliki. “Mari bersama majukan Indonesia,” tutup Jokowi.

banner 325x300

Tahun ini, peringatan HSP sudah memasuki tahun ke-95. Ajakan tulus hadir dan meramaikan peringatan ini telah diluncurkan untuk mengumpulkan masyarakat Indonesia dalam semangat kebersamaan.

Berdasarkan informasi dari susunan acara pada Jumat (27/10), Menpora Dito Ariotedjo bakal melaporkan penyelenggaraan HSP 2023 yang digelar di  Monumen Nasional (Monas) Jakarta. Rangkaian acara Hari Sumpah Pemuda ke 95 akan di isi  launching lagu Pemuda Bersatu, momen kebersamaan dan persatuan pemuda Indonesia, hingga pemberian penghargaan kepada para pelopor dan penggerak pembangunan sektor kepemudaan. Acara puncak akan diramaikan dengan penampilan musisi nasional seperti JKT 48, Wika Salim, Saykoji X Yacko X Laze X Ramben, D’Masiv, Dhyo Haw, Tri Vanita hingga The Sigit.

Diasmping itu,  ada pula Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan yang membagikan pesan kepada generasi muda saat momen peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-95 pada Sabtu, (28/10/2023). Menko Luhut menuturkan, seseorang yang memiliki “privilege” untuk mengambil kesempatan untuk menantang diri sendiri menjadi lebih baik. “Di momen peringatan ke-95 tahun sumpah pemuda ini, sebagai generasi tua, saya ingin menyampaikan pesan sebagai generasi tua, saya ingin menyampaikan pesan sebagai seorang senior yang juga pernah mengalami muda. Jika engkau punya “privilege”, ambillah kesempatan untuk terus men-challenge dirimu menjadi lebih baik dari sebelumnya,” tulis Menko Luhutlewat akun instagram @luhut.pandjaitan.

Ia mengatakan,  hal itu dilakukan selama yang dikerjakan untuk membangun bangsa dan negara ke arah lebih baik. Menko Luhut juga mengingatkan untuk memelihara persaudaraan dan pertemanan dengan siapapun. “Peliharalah persaudaraan dan pertemanan dengan siapapun, mari jadikan perbedaan sebagai satu energi untuk menciptakan terobosan dan inovasi yang bermanfaat bagi kemajuan Indonesia,” kata dia.

Pemuda adalah ujung tombak kemajuan, dan peran mereka tidak bisa dianggap enteng. Namun, menciptakan pemuda yang sesuai dengan cita-cita ini tidaklah mudah. Peringatan hari Sumpah Pemuda hendaknya tidak sekadar menjadi seremonial dan euforia belaka. Peringatan sumpah pemuda seharusnya menjadi refleksi peran pemuda hari ini untuk memajukan bangsa ditengah berbagai program pembajakan potensi pemuda dalam berbagai bidang. Disisi lain, sistem hari ini melahirkan pemuda yang berfikir pragmatis dan individualis.

Pemuda didesain agar potensi mereka sesuai dengan apa maunya para kapital

Sebagaimana umat harus menggarap potensi umat, negara kafir kapitalis barat dan para agennya juga menyasar generasi umat.

Sayangnya penguasa di negeri muslim justru mengafirmasi dan menjalankan demikian rupa proyek Barat terhadap generasi muslim.

Di bidang pendidikan, standar Programme of International Student Assesment (PISA) menjadi acuan perubahan kurikulum. PISA sendiri sebagai standar mutu dan capaian pendidikan ditetapkan oleh negara-negara OECD, organisasi kerjasama ekonomi dan pembangunan. Knowledge based economy mendasari framing pendidikan yang berorientasi pada ekonomi. Standar PISA yang menekankan literasi, numerik dan sains menjadi dasar kurikulum saat ini di Indonesia. Depdikbudristek mengambil kebijakan program merdeka belajar dan kampus merdeka (MBKM). Merdeka belajar diproyeksikan untuk menciptakan suasana belajar yang bahagia tanpa dibebani oleh skor dan nilai tertentu. Dengan konsep dasar tersebut, program kebijakan merdeka belajar ditandai dengan perubahan revolusioner mekanisme ujian dan penilaian capaian siswa. Pendidikan juga diarahkan sebagai ekosistem dimana ada mutual benefit dan link and match dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI).

Selain arah pendidikan yang sangat materialis dan kapitalis, generasi juga terjebak dengan virus yang sangat berbahaya. Alasan peningkatan kualitas pendidikan tersebut beriringan dengan penguatan moderasi beragama. Pendidikan dibawah departemen agama sangat serius menggarap moderasi beragama di lingkungan madrasah dan pesantren. Berbagai modul untuk guru disusun agar guru bisa menyisipkan muatan moderasi beragama pada mata pelajaran. Bahkan penggodokan kesadaran moderasi beragama ditarget sejak pendidikan usia dini atau PAUD. Santriwirausahawan dan digitalisasi madrasah juga menjadi program departemen agama. Pesantren dan santri didorong untuk berbisnis. Sedangkan madrasah berlomba untuk menguasai digitalisasi dan berkarya dalam bidang digital dan robotika. Muslimahpun menjadi sasaran pembajakan potensi. Kesetaraan gender adalah isu strategis dan medan pertempuran yang ingin dimenangkan barat atas kaum muslimin.

Banyaknya jumlah pemuda tentu menggiurkan bagi para kapitalis. Potensi pemuda sangat strategis bagi mangsa kapitalis. Oleh karena itu, bagaimana caranya agar potensi pemuda tersebut bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan material, paling tidak berada diposisi para kapital. Potensi pemuda dibajak, yang tanpa sadar pemuda menjadi pasar para kapitalis sebagai konsumen berbagai produk yg dipasarkan dan hanya jadi penggerak ekonomi kreatif serta menjadi pekerja murah di tengah kekayaan intelektual dan SDAE.

Pemuda era milenial didesain agar acuh dengan politik. Pemuda tidak boleh kontra dengan kebijakan penguasa. Andai ada pemuda yang menyuarakan aspirasi masyarakat jumlahnya masih sedikit. Tidak sedikit mereka dipersekusi dan diancam jika berlawanan dengan rezim. Memang aktivitas perubahan tidaklah mudah. Bagi pemuda seharusnya jangan terjebak dengan perubahan sesaat. Untuk melakukan perubahan yang harus diperhatikan terlebih dahulu adalah apa yang menjadi akar masalah negeri ini.

Dengan pengamatan yang mendalam kita akan dapati bahwa akar dari berbagai masalah negeri ini adalah sistem sekuler kapitalisme. Hanya mengganti rezim nyatanya tak pernah menyelesaikan masalah. Pemimpin datang dan pergi silih berganti tapi sejahtera itu tak kunjung terjadi.

Islam Menjaga Peran Pemuda sebagai Agen Perubahan Sejati

Kita tentu sepakat bahwa pada setiap masa, generasi muda adalah aset peradaban. Sudah menjadi rahasia umum pula bahwa menjadi agen perubahan (agent of change) adalah salah satu potensi besar pemuda.  Agen perubahan adalah sosok penting yang menginisiasi atau bertindak sebagai katalis untuk sebuah proses perubahan. Tidak heran, para agen perubahan diyakini mampu memperbaiki situasi atau berperan dalam pencarian solusi di tengah suatu kesulitan.

Mirisnya, pemuda hari ini banyak yang tersesat dari potensi besarnya, khususnya sebagai agen perubahan. Lihat saja, pada era digital, pemuda tidak ubahnya mesin ekonomi, bumper, serta lipstik kapitalisme. Pada saat yang sama, tidak sedikit pula yang menjadi tumbal bahkan sampah peradaban sebagaimana kalangan sub-urban yang “mendadak metropolis”. Kita juga sering mendapati para pemuda yang hidup serba bebas. Mereka memihak perilaku bahkan menjadi pelaku penyuka sesama jenis. Giliran yang masih suka lawan jenis, mereka terlibat seks bebas, kohabitasi, friends with benefit (FWB), atau malah menjadi penganut childfree (pasangan muda yang menikah, tetapi tidak menghendaki memiliki anak meski kondisi biologisnya sehat dan normal).

Semua ini mengantarkan kita pada satu titik bahwa sekularisme adalah biang keroknya. Sekularisme membuai pemuda dengan visualisasi kehidupan yang penuh fatamorgana. Mereka dipaksa bermimpi akan standar kehidupan serba bebas dan pesona palsu kemegahan peradaban sekuler. Mencermati ini semua, sungguh kondisi itu tidak bisa kita biarkan terus terjadi sehingga memang harus diubah. Jelas bahwa umat membutuhkan sosok-sosok “dokter” yang mengobati nestapa mereka. Umat butuh pencerdasan untuk menemukan solusi bagi permasalahan kehidupan. Inilah tugas bagi agen perubahan.

Sejatinya, umat Islam layak digelari sebagai umat terbaik sebagaimana firman Allah Taala, “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.” (QS Ali Imran: 110).

Tentu saja, hanya Islam yang mampu mengantarkan umat menuju taraf kehidupan yang lebih baik, bahkan menjadi umat terbaik, karena Islam itu tinggi. Dalam hal ini, Khilafah adalah satu-satunya negara yang mampu menjadi panggung peradaban Islam. Melalui Khilafah, Islam tampil sebagai cahaya karena diterapkan sebagai aturan kehidupan sehari-hari baik secara individu, keluarga, masyarakat, maupun negara.

Khilafah bukanlah negara dengan sistem pemerintahan represif ataupun totaliter. Khilafah juga merupakan negara manusiawi, bukan negara teokrasi yang penguasanya ibarat Tuhan. Khilafah justru sangat menyadari bahwa perubahan adalah sesuatu yang niscaya terus ada sepanjang masa kehidupan manusia. Tersebab hal itu, Khilafah menjadi negara yang membuka luas ruang muhasabah lil hukkam (mengoreksi penguasa) sehingga aktivitas dakwah perubahan masyarakat akan terus subur. Khilafah juga sangat berkepentingan mengambil peran untuk terus mencetak agen perubahan, tidak terkecuali dari kalangan pemuda.

Di antara langkah Khilafah untuk mencetak pemuda agen perubahan adalah dengan menyelenggarakan sistem pendidikan berbasis akidah Islam yang akan mencetak generasi berkepribadian Islam. Sistem pendidikan ini harus disertai proses pembinaan intensif berbasis mabda Islam. Sistem pembinaan inilah yang berperan menginkubasi generasi muda dengan pencerdasan perihal tsaqafah Islam politik sehingga mereka peka terhadap berbagai urusan umat, serta mampu melepaskan umat dari segala problematik kehidupan. Dengan kata lain, selain berperan sebagai agen perubahan dan pengemban dakwah Islam politik, para pemuda juga mampu menjadi para ahli/pakar/intelektual di sektor-sektor kemaslahatan publik. Sungguh, semua ini dapat terwujud secara kafah hanya dalam Khilafah.

WallahuA’lam bishawab.

 

 

 

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *